Cerita Pendek (Cerpen) Berdasarkan Pengalaman Orang Lain
“Tema Belakangan Sajalah”
Tepatnya hari Sabtu tanggal 12 November 2016, saya
dan teman-teman dari kelas XII IPA 1 sedang belajar Bahasa Indonesia yang
diajarkan oleh Ibu Misnawati di jam pertama dalam jadwal pelajaran kali itu.
Dan pada saat itu juga materi yang ibu guru ajarkan adalah tentang membuat
cerpen yang akan dilaksanakan secara berkelompok. Kemudian kami dibagi menjadi
beberapa kelompok dan saya Muh. Malik Tamimi bergabung dengan kelompok 7 dengan
teman saya Subingar Triono, Huswatul Hasanah, dan juga Latifah Mardah.
Setiap kelompok beranggotakan 4 orang dan pembuatan
cerpen pun dimulai. Pada awalnya kami bingung tentang bagaimana sistem
pembuatan cerpen ini dan kami kelompok 7 bertanya kepada ibu guru tentang
sistem pembuatan cerpen ini, sebelum kami bertanya, ada teman kami yang
bertanya terlebih dahulu bertanya, saya
tak tahu pasti apa yang mereka tanyakan pada ibu guru, dan saya pun berpikir
untuk tidak mau tahu tentang apa yang mereka tanyakan. Dan setelah kami
menanyakannya pada ibu guru, kami mendapatkan jawaban yaitu kami diharuskan
membuat cerpen dengan memilih salah satu pengalaman dari kami berempat dan
mengembangkannya menjadi sebuah cerpen yang menarik.
Kemudian kami memutuskan untuk menceritakan
pengalaman kami masing-masing untuk dijadikan pertimbangan pengalaman siapa
yang menarik untuk dipilih dan dikembangkan. “eh bagaimana kalo kita ceritakan
pengalaman ta masing-masing dulu, oke mulai dari kau Bingar!”, begitu kata saya
kepada Bingar yang berlagak seperti ketua dari kelompok ini, tetapi sebenarnya
bukan apa-apa. Kemudian Bingar menceritakan pengalamannya kepada kami. “dulu
pas bapak ku sakit asam urat toh, saya disuruh ambil sereh dibelakang rumah malam-malam
supaya mujarab katanya, terus saya ambil itu sereh sendirian dan apa yang ada
di balik sereh itu? Ndak ada apa-apa” “Hehehe, kira kenapa deh” sahut Latifah.
Kemudian Bingar sapaan akrabnya melanjutkan ceritanya kepada kami. Yang inti
dari pengalaman yang ia ceritakan sangat menakjubkan bagi kami karena dia saat
ini telah ditinggalkan oleh bapaknya karena menderita penyakit ginjal.
Pengalaman Bingar itu, menceritakan setelah ditinggal oleh bapaknya saat ia
sedang duduk di kelas 9 SMP yang akan melaksanakan ujian nasional. Betapa
frustasinya Bingar hingga dia ikut dengan teman-teman nakalnya untuk
menghilangkan rasa frustasinya dengan merokok dan melakukan hal negatif lainnya
hanya untuk sekedar menghilangkan rasa frustasinya. Namun pada akhirnya Bingar
berubah karena sebuah film yang menyentuh hatinya sebab dalam film itu
keadaannya sama seperti yang dialami Bingar saat itu, tetapi dalam film itu
aktornya berusaha untuk tetap semangat menjalani hidup walaupun di tinggal oleh
ayah dan ibunya sejak kecil. Dan Bingar telah berubah dan bangkit hingga saat
ini dan berhasil meraih beberapa juara diantaranya juara 1 OSN (olimpiade Sains
Nasional) Biologi tingkat kabupaten, Juara 2 FLS2N (Festival & Lomba Seni
Siswa Nasional) kriya tingkat kabupaten, dan lainnya lagi. Kami kagum dengan
Bingar karena perjalanannya yang sangat keren hingga ia bisa sampai seperti ini.
Selanjutnya beralih pada pengalaman yang saya,
“sekarang saya lagi nah” begitu kata saya sebagai pengantar sebelum saya
menceriatakan pengalaman saya. “dulu saya waktu SD, kan saya sama keluargaku
pindah ke Makassar karena bapak ku sudah menetap bekerja di sana, terus saya sekolah
mi di Makassar, saya pindah pas kelas 4 semester 2 baru waktu itu saya biasa
menangis kalo diganggu orang, sampe-sampe saya di tunggui sama mamaku di
sekolah” begitu cuplikan sebagian pengalaman saya yang menyenangkan. “Hehehe”
teman-teman saya hanya tertawa mendengar apa yang saya katakan. Selanjutnya
adalah waktunya untuk Latifah bercerita pengalamannya kepada kami, dan hal yang
kami ingat dari pengalamannya itu adalah ia pernah mematahkan tangan seorang
temannya dan itu membuat kami merasa heran sekaligus tercengang terhadap apa
yang dilakukan oleh Latifah.
“Kan temanku dulu laki-laki semua karena
dilingkunganku juga cuman laki-laki semua jadi begini mi ka, saya pernah
patahkan tangannya teman SD ku” kata Latifah. “Kau patahkan tangannya?” Tanya
kami kepada Latifah. “Saya dorongji sampe jatuh terus patah tangannya” sanggah
Latifah. Tetapi saat ini Latifah telah berubah menjadi perempuan yang feminim
walaupun kadang ia menunjukkan sifat tomboynya. Sesekai ibu guru berjalan
mengelilingi sekitar kelas dan saat ibu guru melihat kami sedang bercerita
tentang pengalaman kami masing-masing dengan senyum kecil saat ibu guru melihat
ke kami dan kami pun membalaskan senyum dari ibu guru.
Suasana dalam kelas sedikit ramai dengan suara
masing-masing kelompok yang sedang berdiskusi termasuk kelompok kami. Kemudian
kesempatan terakhir untuk Huswatul Hasanah yang akrab dipanggil Putri.
Berkaitan dengan nama panggilannya yaitu Putri, entahlah asalnya dari mana saya
juga bingung. Putri menceritakan pengalamannya dari SD dan SMP, namun ia
mengatakan bahwa “Ndak ada saya pengalaman ku yang terlalu berkesan, datar ji
saya pengalamanku” kata Putri. Dan dia pun menceritakan pengalamannya yang intinya
Putri sejak SD hingga SMP mendapat peringkat yang cukup memuaskan di golongan
peringkat 5 besar dalam kelas. Dan ia pun menyebutkan bahwa ia selalu
memperhatikan penampilannya agar tetap cantik atau tampil calleda’ (centil)
agar suasana menjadi ramai karenanya.
Dan hingga akhir dair jam pe;ajaran Bahasa Indonesia
usai, kami hanya bercerita tentang pengalaman kami, dan kami putuskan untuk
mengambil pengalaman dari Bingar untuk dikembangkan dan dijadikan cerpen dalam
tugas ini. Namun pada kenyataannya inilah hasil dari cerpen yang kami buat
untuk tugas tersebut. Serta pada inti pengalaman seseorang tidaklah selamanya
datar karena hidup seperti halnya roda yang bergelindin, kadang di atas dan
kadang di bawah. Life is never flat.
Terima Kasih telah berkujung ^_^
Terima Kasih telah berkujung ^_^
Komentar