Analisis Semiotika - Mandi Kembang

I.            Judul : Semiotika pada Kegiatan Mandi Kembang pada Budaya di Indonesia
Muh. Malik Tamimi
Desain Komunikasi Visual
Fakultas Seni dan Desain
Universitas Negeri Makassar

II.            Abstrak
Semiotika adalah ilmu yang membahas tentang makna dari suatu tanda, setiap tanda dapat diartikan menjadi suatu yang berbeda sesuai dengan budaya yang telah tertanam dalam masyarakat. Salah satu tokoh yang teorinya banyak digunakan orang yaitu teori dari Roland Barthes, mandi kembang sendiri memiliki tujuan dan mitos yang beredar di masyarakat Indonesia. Dan dengan membahas tentang mandi kembang akan diketahui apa sebenarnya maksud dari kegiatan tersebut. Sehingga maksud dari kegiatan mandi kembang yang dilakukan dalam prosesi kehamilan 7 bulan, sebelum melangsungkan pernikahan dan lainnya sesuai dengan maksud yang sebenarnya mandi kembang tersebut.
Kata Kunci : Semiotika, Barthes, Mandi Kembang, Mitos
Semiotics is the science that discusses the meaning of a sign, each sign can be interpreted as a different according to the culture that has been embedded in society. One of the figures whose theories are widely used by people is the theory of Roland Barthes, bathing in flower itself has goals and myths circulating in Indonesian society. And by discussing about bathing, it will be known what exactly the purpose of the activity is. So that the purpose of the bathing and flowering activities is carried out in a 7-month pregnancy procession, before going into marriage and others according to the true intentions of bathing the flowers.
Keywords: Semiotics, Barthes, Mandi Kembang, Myth

III.            Pendahuluan
A.     Latarbelakang Penulisan
Indonesia adalah negara kepulauan maritim yang merupakan negara dengan pulau terbanyak diantara semua negara, dengan kondisi geografis ini juga tersimpan ribuan budaya dari setiap daerah yang memiliki ciri khas dan tradisi tertentu yang diberlakukan di setiap daerah berbeda di Indonesia. Dan pastinya terdapat hal-hal tertentu dari setiap budaya yang masih dilaksanakan di pulau-pulau di Indonesia. Setiap budaya di pulau-pulau di Indonesia tentunya berbeda dengan pulau lain, misalkan budaya dari daerah Sulawesi, Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, Papua dan banyak lagi.
Kemudian, salah satu budaya dari Jawa yang masih sering dilakukan dalam upacara adat tertentu atau tradisi yang dilakukan turun-temurun yaitu mandi kembang. Mandi kembang ini adalah mandi dengan bunga yang dipilih dengan ciri, maksud dan filosofis tertentu yang dipercaya masyarakat Suku Jawa sebelum melakukan kegiatan atau tradisi tertentu dan juga dari suku lain di Indonesia. Di daerah lain di Indonesia juga terdapat tradisi seperti ini dengan nama dan cara yang berbeda sesuai daerahnya.
Dalam hal ini, mandi kembang dilakukan dengan beberapa bunga tertentu dengan prosesi ritual tertentu untuk maksud baik dan merupakan sebuah tradisi yang dipercayai oleh masyarakat Suku Jawa dan suku-suku lainnya dengan nama ritual yang berbeda dengan penyesuaian di setiap daerah dan dengan kepercayaan yang diyakini oleh masyarakat tersebut yang memiliki arti tertentu. Sehingga penulis mengangkat topik ini untuk dibahas dan dikaitkan dengan unsur semiotika yang menjadi pembahasan utama dalam tulisan ini.
B.     Tujuan Penulisan
Mengetahui tanda dan makna semiotika dari mandi kembang
C.     Metode Penulisan
Metode yang digunakan untuk menulis pembahasan ini dengan menggunakan metode deskriptif atau menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan topik yang dibahas, baik melalui data yang diperoleh dari buku, artikel, jurnal dan lainnya secara online dan offline.

IV.              Studi Pustaka
Semiotik merupakan disiplin ilmu yang mempelajari semua tentang obyek-obyek, peristiwa-peristiwa, dan seluruh kebudayaan yang dipahami sebagai tanda. Ahli sastra Teew (1984:6) mendefinisikan semiotik adalah tanda sebagai tindak komunikasi dan kemudian disempurnakannya menjadi model sastra yang mempertanggungjawabkan semua faktor dan aspek hakiki untuk pemahaman gejala susastra sebagai alat komunikasi yang khas di dalam masyarakat mana pun (1).
Kajian semiotika memfokuskan tiga wilayah, yaitu tanda itu sendiri. Wilayah ini meliputi kajian mengenai berbagai jenis tanda yang berbeda, cara-cara berbeda dari tanda-tanda didalam menghasilkan makna, dan cara tanda-tanda tersebut berhubungan dengan orang yang menggunakannya. Tanda adalah konstruksi manusia dan hanya bisa dipahami didalam kerangka penggunaan/konteks orang-orang yang menempatkan tanda-tanda tersebut: kode-kode atau sistem dimana tanda-tanda diorganisasi. Kajian ini melingkupi bagaimana beragam kode telah dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atau budaya, atau untuk mengeksploitasi saluran-saluran komunikasi yang tersedia bagi pengiriman kode-kode tersebut; dan budaya tempat dimana kode-kode dan tanda-tanda beroperasi. Hal ini pada gilirannya bergantung pada penggunaan dari kode-kode atau tanda-tanda untuk eksistensi dan bentuknya sendiri (2).
Dan Roland Barthes mengembangkan dua tingkatan pertandaan yang memungkinkan untuk dihasilkannya makna yang juga bertingkat-tingkat, yaitu tingkat konotasi dan denotasi. Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda, atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan makna pasti. Makna denotasi dalam hal ini, adalah makna pada apa yang tampak. Misalnya, foto midun, berarti wajah midun yang sesungguhnya. Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda, yang didalamnya beroperasi makna yang tidak langsung dan tidak pasti. Misalnya, tanda bunga, ia mengonotasikan kasih sayang. Jadi, denotasi adalah makna paling nyata dari tanda, sedangkan konotasi adalah istilah yang menunjukkan signifikasi tahap kedua (3).
Mandi kembang adalah prosesi adat atau tradisi yang dilakukan dengan mandi menggunakan air untuk membasuh tubuh dan menggunakan bunga untuk maksud tertentu yang merupakan tradisi turun-temurun dari nenek moyang.

V.              Pembahasan
A.     Manfaat Mandi Kembang
Bunga atau kembang bukan hanya sekedar memiliki kecantikan, tetapi juga memiliki berbagai macam manfaat yang mungkin hanya diketahui oleh orang tertentu saja. Namun ada sebagian orang yang mengetahui bahwa mandi kembang dapat membersihkan aura tubuh, dan juga memperkuat daya yang dipancarkan pada tubuh manusia. Tradisi mandi kembang sebenarnya telah ada sejak dahulu. Hanya saja, beberapa orang masih tetap salah mengartikan makna dari tradisi tersebut.

   
Gambar 1. Wadah Air untuk Mandi Kembang
Sumber: https://www.inovasee.com/makna-dari-kembang-tujuh-rupa-29181/

Faktanya yaitu tradisi atau ritual mandi kembang bisa membersihkan aura seseorang. Dengan mandi kembang seseorang dapat memperkuat dan membersihkan aura yang ada sehingga meningkatkan mental dan fisik dari orang yang melakukan mandi kembang. Ditambah lagi dengan dari bunga yang diambil itu bisa juga mengubah sistem kerja saraf tubuh manusia, sehingga membuat seseorang dapat mengerjakan hal positif lebih banyak. Karena pikiran dan hatinya bersih, jadi apa yang dilakukannya akan menjadi baik (4).

             
Gambar 2. Prosesi Mandi Kembang Oleh Mempelai Wanita
Sumber: thebridedept.com

Menurut hasil wawancara yang dilakukan pada 2 orang narasumber yang merupakan ibu rumah tangga yang telah menikah dan berasal dari suku yang berbeda yaitu Jawa dan Bugis, menyatakan hal-hal yang berkaitan dengan mandi kembang. Mandi kembang itu merupakan prosesi adat yang dilakukan sehari sebelum hari pernikahan berlangsung, pada sore hari dilakukan proses mandi kembangnya dan besoknya tidak mandi lagi serta dilakukan ditempat masing-masing mempelai baik pria maupun wanita (5).
B.     Arti Mandi Kembang
Untuk mandi kembang sendiri, berasal dari 7 kembang berbeda yaitu mawar merah, mawar putih, melati, melati gambir, kantil, kenanga, dan sedap malam dengan setiap kembang memiliki arti dan maksud tersendiri, yaitu sebagai berikut.
1.    Mawar merah
Bunga yang satu ini bisa dipastikan wajib ada dalam komposisi kembang tujuh rupa. Merujuk pada adat Jawa, mawar merah menjadi perlambang proses lahirnya manusia ke dunia. Bunga ini juga melambangkan seorang ibu yang menjadi tempat hati nurani dan jiwa manusia terbentuk. Itulah sebabnya mawar merah selalu digunakan untuk hal-hal yang sakral dan suci.
2.    Mawar putih
Masih dari keluarga mawar, ada juga mawar putih dalam komposisi kembang tujuh rupa. Bunga ini melambangkan ketentraman, kedamaian, dan kesejahteraan untuk menciptakan keselarasan atau keseimbangan antara bumi dan langit. Dalam bahasa Jawa, biasa dikenal dengan ungkapan “Gemah Ripa Loh Jinawai, Toto Titi Tentrem Kerta Raharja”.
3.    Melati
Bunga melati memiliki makna pengharapan, sehingga diharapkan dalam melakukan segala kegiatan kita harus melibatkan hati atau kalbu, tidak sekedar bertindak saja. Ini juga mengajarkan kita untuk selalu berpikir matang sebelum mengambil tindakan atas segala macam permasalahan. Bunga melati juga menjadi perlambang ketulusan dari hati nurani yang paling dalam, atau jujur dan juga bermanfaat bagi orang lain.
4.    Melati gambir
Bunga ini melambangkan kesederhanaan, terbukti dari bentuknya yang memang terlihat sederhana ketimbang bunga-bunga lain. Tapi jangan salah, meski sederhana, bunga ini memiliki warna indah dan harum yang semerbak. Rasanya memang tepat jika bunga ini dipilih sebagai perlambang rendah hati dan kesederhanaan.
5.    Kantil
Bunga kantil memiliki makna sebagai pengharapan agar kita memiliki ilmu dan jiwa spiritual yang kuat, sehingga bisa meraih sukses lahir dan batin. Kantil juga bisa dimaknai sebagai tali rasa atau kasih sayang yang mendalam. Tak heran jika bunga ini selalu hadir dalam aneka upacara adat sebagai perlambang harapan agar kasih sayang pada anggota keluarga tidak terhenti.
6.    Kenanga
Tidak seperti bunga-bunga lainnya, kenanga memiliki kelopak bunga memanjang dan punya harum yang amat khas. Menurut adat Jawa, kenanga berarti ‘kenangen ing angga’, atau berarti pengharapan untuk selalu mengenang segala warisan leluhur dalam berbagai aspek kehidupan. Kenanga juga bisa bermakna ‘tumenggo’ yang berarti kita harus selalu menengok ke sekitar, alias selalu bersedia tolong-menolong dan bisa memaafkan sesama.
7.    Sedap malam
Sedap malam sering digambarkan sebagai bunga yang manis, harum, eksotis dan kompleks. Sesuai namanya, bunga ini biasa dikenal mekar pada malam hari dan sering pula disebut sebagai ‘raat ki raani’ dalam bahasa Hindi, yang berarti ratu malam. Menurut filosofi Jawa, bunga ini bermakna keharmonisan dan ketenteraman, sehingga kita diharapkan akan hidup secara tenteram dan harmonis juga, baik dengan sesama manusia ataupun alam (6).
Mandi kembang adalah kegiatan tradisi yang telah ada turun-temurun dari nenek moyang, arti dari mandi kembang dimaksudkan untuk membersihkan, mengharumkan tubuh sebelum proses pernikahan dilangsungkan, tidak hanya sebelum prosesi pernikahan saja tetapi untuk ibu dengan kehamilan 7 bulan juga dilaksanakan mandi kembang ini dimaksudkan agar ibu dan anak bisa selamat dan sehat saat lahiran, selain 7 kembang yang digunakan dalam prosesi mandi kembang, juga digunakan air dari 7 sumur/mata air yang berbeda dengan seperti dalam sunnah Rasulullah yang menyuruh untuk mencari air dari 7 sumber yang berbeda (7).
Setiap suku di Indonesia mungkin akan melaksanakan mandi kembang pada prosesi sebelum menikah atau 7 bulan kehamilan ibu, tetapi dengan nama dan cara yang berbeda-beda disetiap daerah atau suku, tradisi mandi kembang yang terkenal yaitu yang dilaksanakan oleh orang-orang Suku Jawa karena tradisi  mereka yang masih sangat kental untuk melakukan hal tersebut sehingga suku lain kadang tidak diketahui tetapi masih dilaksanakan (5). Dan juga ada mitos yang dipercayai bahwa mandi kembang dapat memperlancar terbukanya jodoh, membuang kesialan, dan lainnya, juga karena dalam prosesi mandi kembang yang dilakukan sesuai tradisi juga disertai dengan doa-doa untuk kebaikan orang yang melakukan mandi kembang (7).
C.     Semiotika Barthes tentang Mandi Kembang
Kemudian dari segi semiotika yang dibagi menjadi 2 oleh Barthes yaitu denotasi dan konotasi, serta 3 bagian dari semiotika seperti penanda, petanda dan tanda, berikut pembahasannya. Untuk denotasi dan konotasi, denotasi (tingkat pertama) atau tanda secara fisik, mandi kembang adalah air jernih yang berada dalam wadah dan dengan bunga yang berbeda dari segi aroma, jenis, bentuk, dan warna. Dan untuk dari konotasi, air yang bermakna sebagai media untuk membersihkan diri dan air yang bersumber dari 7 sumur/mata air yang berbeda seperti dalam sunnah Rasulullah SAW. yang bermakna kebaikan dan media untuk menyalurkan aroma dari 7  bunga, dan 7 jenis kembang yang berbeda-beda jenis, warna dan bentuk yang berbeda akan membawa makna bahwa keharuman dan aura positif dari kecantikan bunga akan melekat  pada orang yang dimandikan.
Dan dari unsur ketiga semiotika yaitu penanda, petanda dan tanda yaitu dari penanda yaitu air dan bunga yang dijadikan objek untuk mandi kembang, kemudian petanda yaitu pembersihan dan penyaluran aura positif dari bunga tersebut dan tandanya yaitu mandi kembang untuk membersihkan dan membangkitkan aura positif dari orang yang mandi kembang.
Untuk mitos dari mandi kembang yang dipercaya oleh masyarakat adalah mandi kembang juga dapat menghilangkan sial pada seseorang yang belum bisa dibuktikan secara ilmiah atau fakta yang nyata kecuali memang itu adalah nasib atau takdir seseorang.

VI.              Kesimpulan
Semiotika dari mandi kembang yang dilakukan oleh orang tertentu baik yang mengikuti tradisi pada setiap daerah, suku tertentu atau lainnya, mandi kembang bertujuan untuk membersihkan tubuh dan mengharumkan tubuh dengan aroma bunga yang alami dari 7 jenis bunga yang berbeda, yang biasa dilakukan sebelum prosesi pernikahan atau 7 bulan kehamilan seorang ibu. Dan dengan berbagai macam doa yang diiringi dalam prosesi mandi kembang tersebut.

VII.              Referensi
1. Semiotika dalam Falsafah Budaya Bugis. Cahyadi, Dian. Makassar : eprints UNM website, 2010.
2. Semiotika Dalam Metode Penelitian Komunikasi. Mudjiyanto, Bambang and Nur, Emilsyah. 1, Makassar : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Makassar, 2013, Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika dan Media Massa - PEKOMMAS, Vol. 16, pp. 73-82. ISSN 1411-0385.
3. Analisis Semiotika Roland Barthes tentang Fenomena Jilboobs. Hamidah and Syadzali, Ahmad. 2, Banjarmasin : Studia Insania, 2016, Jurnal Studia Insania, Vol. 4, pp. 117-127. ISSN 2088-6303.
4. Anonim. Toko Bunga Medan Timur. Toko Bunga Medan Timur. [Online] [Cited: September 13, 2018.] https://sites.google.com/site/tokobungamedantimur/makna-filosofis-dari-ritual-mandi-kembang.
5. Jumiati. Prosesi Mandi Kembang. [interv.] Muh. Malik Tamimi. Makassar, September 14, 2018.
6. Alfian, Dozan. Inovasee. inovasee.com. [Online] September 8, 2017. [Cited: September 15, 2018.] https://www.inovasee.com/makna-dari-kembang-tujuh-rupa-29181/.
7. Rohmah, Siti Khoirul. Prosesi Mandi Kembang. [interv.] Muh. Malik Tamimi. Makassar, September 14, 2018.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hortatory Exposition dan Contohnya

Gaya Desain Pra Modern - Victorian Style

The Dog And The Shadow, Fabel Legendaris Penuh Nasihat