Hari Ini Begitu Singkat Sekaligus Begitu Panjang
Mulai dari kemarin malam kurang tidur karena kerja tugas di pc dan baru tidur jam 2 malam. Tidak masalah sih tugasnya dan saya pikir bakal selesai pagi dan mulai bangun pagi bakal dikerjakan sampai selesai. Tugas ini sudah saya kerjakan 3-4 hari lalu tapi setiap kali kerja 3-4 jam sudah ngantuk. Jadi pergi tidur saja. Makanya jadi lama hehehe.
Rencana tidur jam 2 dan bangun jam 6 untuk langsung kerjakan tugas, awalnya bisa bangun jam 6 tapi malah tidur lagi dan pasang alarm jam 6.30 supaya langsung kerja nantinya.
Dan bangun-bangun sudah jam 9. Kaget! Tidur begitu lama. Padahal tugas belum selesai. Langsung tancap kerjakan sampai jam 12.30. Dan parahnya lagi hari ini Jumat dan hari terakhir kumpul tugasnya, takutnya nanti dosen yang meriksa tugas sudah pulang kalo kesorean. Jadi digas sampai-sampai sholat Jumat cuman disisihkan pas ikut habis khutbahnya saja.
Tentu saja parah! Itu kewajiban laki-laki kalo Jumat dan muslim kan harus sholat Jumat dan tidak telat. Tapi saya cuman ambil sholatnya saja. Parah kan! Bagi saya itu parah sekali.
Tugas pun sudah mencapai batas waktunya sebelum dosennya pulang. Sudah jam 14.00 tapi tugas saya masih 2 lembar lagi belum selesai total. Dan terpaksa diselesaikan tanpa maksimal seperti yang sudah dikerjakan sebelum-sebelumnya. Yah sudah tancap saja cepat print dan kumpul. Di tempat print ada beberapa kesalahan warna tapi yah sudah, semoga saja diterima. Sampai ke kampus panik, bingung, kecewa, ragu karena tugas yang saya kerjakan tidak selesai semua.
Alhamdulillah saya sampaikan saja kalo ada beberapa dilembar terakhir tidak sesuai dengan tugas beberapa lembar sebelumnya pada dosen. Dan responnya juga baik, diterima dengan susulan tugas yang kurang diperbaiki. Yah alhamdulillah. Dosennya baik bukan hanya baik tapi baik sekali karena saya banyak tanya yah karena bodoh dan tidam tau apa-apa. Hehehe.
Dan saya berpikir hari itu terasa singkat karena waktu tidak terasa sudah waktunya kumpul tugas.
Hari ini juga bertepatan hari diskusi dan rapat kegiatan yang saya sebagai kordinator di salah satu divisi. Tempatnya itu di restoran kelas atas lah bisa dibilang karena tempat itu diajukan teman-teman dari divisi saya dan disepakati untuk diskusi di situ. Bentuknya diskusi aja, karena bebas dan tidak terlali formal. Sebenarnya saya yang memutuskan di mana akan dilakukan diskusi tersebut dan saya minta saran teman-teman dan banyak suara yang setuju di restoran itu. Tapi sebagai mahasiswa saja saya kurang suka karena tempatnya makanan serba mahal lah. Bukan kantong yang pas untuk mahasiswa miskin seperti saya yang masih ditanggung oleh orang tua. Hehehe. Tapinya lagi apa boleh buat, sudah setuju semua. Yah di sana saja.
Sejak malam kerja tugas sudah lapar sih dan bangun pagi terasa masih terisi lagi walaupun tidak ada makanan yang masuk kecuali air putih yang warnanya bening. Dan sampai malam saat menulis ini belum makan juga. Hanya minum saja. Sekaligus dengan ini saya merasakan teman-teman yang nge-kos pasti ada yang seperti ini. Bahkan lebih parah mungkin laparnya.
Tapi di lain sisi saya malah pergi ke restoran mahal untuk diskusi. Saya pikir bakal makan di sana tapi jadinya pesan sejenis es krim saja yang murah harganya. Walaupun murah tapi bisa nongkrong di tempat mahal. Eaak. Hahaha.
Rapatnya jalan sekitar 4-5 jam dengan tidak fokus bahas kegiatan saja. Banyak hal dibahas di diskusi itu.
Hari ini juga sekaligus terasa panjang karena rasa lapar yang tidak hilang-hilang dan entah kapan bakal makan. Hehe.
Saat terakhir di diskusi divisi itu, ada juga teman saya yang berbeda divisi tahu kalau kami diskusi kegiatan di restoran mahal. Pikirnya saya dan teman-teman di divisi saya enak-enakan saja saat teman saya dari divisi lain sedang sibuk mengecek lokasi kegiatan. Yah saya merasa tidak enak padanya tapi apa yang bisa dilakukan? Saya juga tidak mengerti. Dna perasaan itu masih ada saat teman saya itu chatting di grup angkatan dan langsung menyebut nama saya yang tadi saya sedang rapat. Begitu panjang sampai perasaan itu masih ada. Tidak enakan pada teman lainnya. Walaupun tugas kita berbeda tetapi kita dalam satu kegiatan yang sama.
Tidak ada batasan untuk menilai orang lain dan saya juga bisa menilai seperti itu. Tetapi saya lebih suka untuk menulis seperti ini apa yang terjadi pada diri saya.
Rencana tidur jam 2 dan bangun jam 6 untuk langsung kerjakan tugas, awalnya bisa bangun jam 6 tapi malah tidur lagi dan pasang alarm jam 6.30 supaya langsung kerja nantinya.
Dan bangun-bangun sudah jam 9. Kaget! Tidur begitu lama. Padahal tugas belum selesai. Langsung tancap kerjakan sampai jam 12.30. Dan parahnya lagi hari ini Jumat dan hari terakhir kumpul tugasnya, takutnya nanti dosen yang meriksa tugas sudah pulang kalo kesorean. Jadi digas sampai-sampai sholat Jumat cuman disisihkan pas ikut habis khutbahnya saja.
Tentu saja parah! Itu kewajiban laki-laki kalo Jumat dan muslim kan harus sholat Jumat dan tidak telat. Tapi saya cuman ambil sholatnya saja. Parah kan! Bagi saya itu parah sekali.
Tugas pun sudah mencapai batas waktunya sebelum dosennya pulang. Sudah jam 14.00 tapi tugas saya masih 2 lembar lagi belum selesai total. Dan terpaksa diselesaikan tanpa maksimal seperti yang sudah dikerjakan sebelum-sebelumnya. Yah sudah tancap saja cepat print dan kumpul. Di tempat print ada beberapa kesalahan warna tapi yah sudah, semoga saja diterima. Sampai ke kampus panik, bingung, kecewa, ragu karena tugas yang saya kerjakan tidak selesai semua.
Alhamdulillah saya sampaikan saja kalo ada beberapa dilembar terakhir tidak sesuai dengan tugas beberapa lembar sebelumnya pada dosen. Dan responnya juga baik, diterima dengan susulan tugas yang kurang diperbaiki. Yah alhamdulillah. Dosennya baik bukan hanya baik tapi baik sekali karena saya banyak tanya yah karena bodoh dan tidam tau apa-apa. Hehehe.
Dan saya berpikir hari itu terasa singkat karena waktu tidak terasa sudah waktunya kumpul tugas.
Hari ini juga bertepatan hari diskusi dan rapat kegiatan yang saya sebagai kordinator di salah satu divisi. Tempatnya itu di restoran kelas atas lah bisa dibilang karena tempat itu diajukan teman-teman dari divisi saya dan disepakati untuk diskusi di situ. Bentuknya diskusi aja, karena bebas dan tidak terlali formal. Sebenarnya saya yang memutuskan di mana akan dilakukan diskusi tersebut dan saya minta saran teman-teman dan banyak suara yang setuju di restoran itu. Tapi sebagai mahasiswa saja saya kurang suka karena tempatnya makanan serba mahal lah. Bukan kantong yang pas untuk mahasiswa miskin seperti saya yang masih ditanggung oleh orang tua. Hehehe. Tapinya lagi apa boleh buat, sudah setuju semua. Yah di sana saja.
Sejak malam kerja tugas sudah lapar sih dan bangun pagi terasa masih terisi lagi walaupun tidak ada makanan yang masuk kecuali air putih yang warnanya bening. Dan sampai malam saat menulis ini belum makan juga. Hanya minum saja. Sekaligus dengan ini saya merasakan teman-teman yang nge-kos pasti ada yang seperti ini. Bahkan lebih parah mungkin laparnya.
Tapi di lain sisi saya malah pergi ke restoran mahal untuk diskusi. Saya pikir bakal makan di sana tapi jadinya pesan sejenis es krim saja yang murah harganya. Walaupun murah tapi bisa nongkrong di tempat mahal. Eaak. Hahaha.
Rapatnya jalan sekitar 4-5 jam dengan tidak fokus bahas kegiatan saja. Banyak hal dibahas di diskusi itu.
Hari ini juga sekaligus terasa panjang karena rasa lapar yang tidak hilang-hilang dan entah kapan bakal makan. Hehe.
Saat terakhir di diskusi divisi itu, ada juga teman saya yang berbeda divisi tahu kalau kami diskusi kegiatan di restoran mahal. Pikirnya saya dan teman-teman di divisi saya enak-enakan saja saat teman saya dari divisi lain sedang sibuk mengecek lokasi kegiatan. Yah saya merasa tidak enak padanya tapi apa yang bisa dilakukan? Saya juga tidak mengerti. Dna perasaan itu masih ada saat teman saya itu chatting di grup angkatan dan langsung menyebut nama saya yang tadi saya sedang rapat. Begitu panjang sampai perasaan itu masih ada. Tidak enakan pada teman lainnya. Walaupun tugas kita berbeda tetapi kita dalam satu kegiatan yang sama.
Tidak ada batasan untuk menilai orang lain dan saya juga bisa menilai seperti itu. Tetapi saya lebih suka untuk menulis seperti ini apa yang terjadi pada diri saya.
Komentar